Kisah Nabi Shaleh di Tengah Kaum Pemahat Gunung Batu

oleh
Kisah Nabi Shaleh di Tengah Kaum Pemahat Gunung Batu
Ilustrasi – Unta dan dan penunggangnya (Islampos)

Pumpunan – Diriwayatkan Shaleh AS bin Ubaid bin Masih bin Ubaid bin Hadir bin Tsamud bin Atsir bin Iram bin Sam bin Nuh diangkat Allah sebagai nabi pada tahun 2100 SM. Saleh berasal dari suku Tsamud yang berada di daerah Arab Utara tepatnya di Al-Hijr yang sekarang menjadi wilayah Suriah dan Yaman.

Tempat tinggal kaum Tsamud ini ternyata bagian dari bekas daerah yang pernah dimiliki kaum ‘Ad, kaum yang pernah hidup pada zaman Nabi Hud As. Saleh sangat dihormati oleh kaumnya bahkan diharapkan dapat meneruskan tradisi kaum Tsamud, yaitu menyembah berhala.

Baca juga: Kisah Nabi Hud di Tengah Kaum ‘Ad

Kisah Kaum Tsamud sebagai Pemahat Gunung Batu

Kaum Tsamud sangat pandai dalam hal memahat batu terutama batu-batu pegunungan. Bahkan tempat tinggal mereka yaitu dipegunungan di daerah Hadramaut. Kemampuan kaum Tsamud di bidang arsitektur khususnya memahat batu pegunungan sangatlah mengagumkan. Bukit berbatu menjadi bangunan indah nan megah. Mereka membangun istana dan rumah dengan gaya khas peninggalan Yunani dan Romawi Kuno.

Kaum ini juga tidak saja padai arsitektur namun juga lihai bercocok tanam dan berternak yang hal ini didukung oleh tanahnya yang subur dan merupakan wilayah bekas kaum ‘Ad.

Namun Tsamud juga membuat patung berhala dari batuan yang dipahat serta menyembahnya sebagai tuhan. Kaum juga angkuh dan sombong dengan apa yang dimilikinya sehingga sering meremehkan dan memandang rendah kaum lainnya. Bahkan juga dikisahkan, mereka selalu berbuat maksiat dan telah jauh menyimpang dari ajaran Allah SWT.

Baca Juga: Cerita Lengkap 25 Nabi dan Rasul Allah

Allah Mengutus Nabi Shaleh As

Shaleh menyampaikan dakwah dengan lembut dan penuh kesabaran. Dia memperingatkan agar kaumnya mensyukuti nikmat Allah karena telah memberikan tanah yang subur, indah dan aman serta pemikiran yang baik sehingga Allah pantas untuk disembah. Dia selalu mengajak kaumnya untuk berbuat kebaikan agar kembali kepada lindungan Allah Swt.

Namun dakwah dan ajakan untuk berbuat baik selalu tidak diperdulikan oleh Kaum Tsamud. Bahkan kaum itu menyebut Shaleh sedang dalam pengarus sihir. Hal tersebut diabadikan Allah dalam Al-Quran Surat Asy-Syua’ra ayat 153.
“Sesungguhnya, kamu adalah salah seorang dari orang-orang yang terkena sihir.” (Q.S Asy-Syua’ra: 153)

Mukzizat Nabi Shaleh

Nabi kelima yang wajib diketahui ini terus berdakwah dan ngajak kaumnya kejalan yang benar meskipun selalu mendapat pertentangan. Bahkan disuatu hari ketika Shaleh mendatangi kaumnya lagi untuk mengajak ke jalan Allah dia ditantang untuk bisa mengeluarkan unta betina dari sebuah batu. Jika Shaleh bisa mewujudkan tantangan tersebut barulah mereka percaya dan mengikuti ajaran nabi tersebut.

Ia mulai berdoa kepada Allah SWT lalu memukul sebuah batu besar. Dengan kuasa-Nya keluar seekor unta betina sesuai permintaan Kaum Tsamud dari permukaan batu yang dipukul Nabi Shaleh As. Ia juga mempersilakan kaumnya memeras dan meminum susu unta tersebut namun mereka dilarang untuk berbuat jahat atau bahkan mencelakainya.

“Hai kaumku, inilah unta betina dari Allah sebagai mukjizat (yang menunjukkan) kebenaran untukmu, sebab itu biarlah dia makan di bumi Allah, dan janganlah kamu mengganggunya dengan gangguan apapun yang akan menyebabkan kamu ditimpa azab yang dekat.” (Q.S. Hud: 64).

“Dan janganlah kamu sentuh unta betina itu dengan sesuatu kejahatan, yang menyebabkan kamu akan ditimpa oleh azab hari yang besar,” (Q.S. Asy-Syu’ara: 156).

Meskipun setelah kejadian tersebut banyak dari orang dari kaum itu mulai mengikuti Shaleh namun tidak sedikit pula yang ingkar dan tidak percaya. Menurut mereka nabi itu telah melakukan perbuatan sihir.

Terbunuhnya Unta Betina

Kaum Tsamud masih menentang Shaleh berseta dakwahnya. Mereka menganggap unta tersebut banyak meminum air sehingga dapat menambah beban mereka. Hingga akhirnya dua orang pemuda yaitu Qudar dan Mishra’ mengajak tujuh pemuda lainnya merencanakan pembunuhan unta betina dari Allah itu.

Mereka mengawasi unta tersebut sedang minum yang kemudian memanah kakinya yang disertai penikaman perut hewan itu dengan pedang. Perbuatan keji mereka itu pun berdampak buruk pada unta hingga akhirnya meregang nyawa.

Otak pembunuhan unta itu berasal dari dua orang perempuan dari kaum Tsamud yaitu Shaduq binti Mahya bin Zuhair Al-Mukhtar dan ‘Unaizah binti Ghunaim bin Mijlaz. ‘Unaizah merupakan istri dari pemimpin Tsamud yang bernama Dzu’ab dan mereka memiliki empat anak perempuan. ‘Unaizah menjanjikan Qudar bin Salif dapat memilih salah satu anaknya apabila berhasil membunuh unta betina tersebut. Lain halnya dengan Shaduq yang menawarkan dirinya untuk dinikahi oleh Mishra’ bin Mahraj bin Mahya jika pemuda itu berhasil membunuh unta betina tersebut.

Turunnya Azab dari Allah

Karena kematian unta tersebut Nabi Shaleh sangat bersedih dan khawatir. Dia segera mengingatkan para pembunuh unta agar segera bertaubat atau azab yang pedih akan datang. Namun peringatan itu justru diremehkan oleh kaumnya dan bahkan mereka menentang nabi itu menurunkan azab.

Tanda-tanda munculnya azab pada kaum tersebut pada hari pertama yaitu Tsamud yang ingkar menemui wajah mereka menjadi kuning saat bangun tidur. Pada hari kedua wajah mereka berubah menjadi merah. Pada hari ketiga, wajah mereka berubah menjadi hitam. Lalu pada hari keempat sebelum azab seungguhnya datang Nabi Saleh AS serta pengkutnya sudah pergi meninggalkan daerah tersebut. Kaum Tsamud pun kembali berencana untuk membunuh Shaleh. Namun pada saat itu muncul petir dan gempa bumi yang dasyat. Kemudian batu-batu besar yang tidak diketahui asalnya menimpa kepala mereka hingga tewas tidak tersisa.

Baca juga kisah nabi berikutnya Kisah Nabi Ibrahim Melawan Penyembah Berhala

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

No More Posts Available.

No more pages to load.