Kisah Nabi Hud di Tengah Kaum ‘Ad

oleh
Kisah Nabi Hud di Tengah Kaum Ad
Ilustrasi – Kisah Nabi Hud As (Tangkapan Layar/Viva)

Pumpunan – Nabi Hud As merupakan cucu Nabi Nuh dari Sam bin Nuh. Dikisahkan semasa kecil nabi yang berusia mencapai 130 tahun ini dikenal sebagai anak yang memiliki perilaku sangat terpuji, bijaksana serta ramah.

Nabi tersebut tinggal di Al-Ahqaf yang berada di sebelah utara Hadramaut atau di antara Yaman dan Oman. Hadramaut merupakan daerah yang sangat indah karena memiliki tanah yang subur.

Nuh tinggal bersama kaum ‘Ad yang memiliki kehidupan sejahtera. Hal tersebut karena mereka hidup di daerah yang subur dan air yang melimpah sehingga tanaman dapat hidup dengan baik. Kaum ‘Ad juga memiliki banyak hewan ternak sehingga kehidupan mereka makmur. Aktivitas pertanian dan peternakan mereka juga didukung oleh bentuk tubuh yang besar dan kuat.

Namun kaum ini tidak bersyukur dan tidak menyembah Allah. Mereka menyembah patung buatan mereka sendiri serta memberikannya nama Shamud dan Alhattar. Selain menyembah berhala mereka juga memiliki sifat yang buruk.

Sebelum melanjutkan kisah Nabi Hud As sebaiknya baca juga Kisah Nabi Nuh Si Pembuat Bahtera

Allah Mengutus Nabi Hud As

Karena perilaku tersebut Allah SWT mengutus Hud kepada kaum ‘Ad, nabi yang berasal dari kaumnya sendiri. Nabi Hud mengajak seluruh kaumnya itu menyembah Allah SWT dan juga taat dalam setiap perintah-Nya. Ia bahkan menjanjikan kebaikan jika ikut ke jalan yang benar. Namun kaumnya itu menuduh Hud berdusta. Mereka juga mengatakan Hud sudah kekurangan akal dan gila.

Pemuka-pemuka yang kafir dari kaumnya berkata: “Sesungguhnya kami benar benar memandang kamu dalam keadaan kurang akal dan sesungguhnya kami menganggap kamu termasuk orang orang yang berdusta”. (Q.S Al Araf: 66)

Tidak hanya itu, kaum yang dikenal angkuh dan sombong tersebut bahkan menantang Nabi Hud As memperlihatkan kekuatan Allah SWT. 

Baca Juga: Cerita Lengkap 25 Nabi dan Rasul Allah

Allah menurunkan Azab untuk Kaum ‘Ad

Meskipun Nabi Nuh As sudah berupaya memperingati kaum tersebut namun mereka tetap tidak percaya. Oleh karena itu Allah menurunkan bencana kekeringan sebagai bentuk peringatan bagi kaum yang sombong dan kafir itu. Bencana kekeringan tersebut membuat tanaman mereka yang sebelumnya tumbuh subur menjadi kering dan mati.

Pada saat itu Nuh kembali memperingatkan kaumnya agar segera bertobat dan kembali ke jalan Allah. Namun kaum itu tetap bersikeras dan bahkan menantang Nuh memperlihatkan kuasa Allah.

“Mereka berkata, ‘Apakah kedatanganmu kepada kami, agar kami hanya menyembah kepada Allah saja dan meninggalkan apa yang biasa disembah oleh nenek moyang kami? Maka buktikanlah ancamanmu kepada kami, jika kamu benar!,” (QS. Al-A’raf ayat 70).

Allah akhirnya menjatuhkan azab dengan mendatangkan angin topan yang dahsyat yang berlangsung selama 8 hari tujuh 7 malam. Angin topan tersebut membinasakan kaum ‘Ad, merobohkan dan menyapu rumah, bangunan, berhala, ladang, hewan ternak, dan berbagai harta benda lainnya.

“Sedangkan Kaum ‘Ad, mereka telah dibinasakan dengan angin topan yang sangat dingin. Allah menimpakan angin itu kepada mereka selama tujuh malam delapan hari terus menerus; maka kamu melihat Kaum ‘Ad pada waktu itu mati bergelimpangan, seperti batang-batang pohon kurma yang telah kosong (lapuk). Maka adakah kamu melihat seorang pun yang masih tersisa di antara mereka?” (QS. Al-Haqqah ayat 6-8).

Sedangkan Nabi Hud As dan para pengikutnya justru diselamatkan oleh Allah meskipun mereka hanya berdiam di rumah. Mereka tidak merasakan sedikitpun bahaya dari angin topan tersebut. Setelah bencana itu, Hud As dan pengikutnya pindah dan menetap di Hadramaut hingga beliau meninggal.

Nama Nabi Hud As diabadikan dalam Al-Quran sebagai salah satu surat kesebelas. Seperti yang diriwayatkan dalam Al-Quran Surat Hud ayat 50.

 “Dan kepada kaum ‘Ad (Kami utus) saudara mereka, Hud. Dia berkata, ‘Wahai kaumku! Sembahlah Allah, tidak ada tuhan bagimu selain Dia. (Selama ini) kamu hanyalah mengada-ada.’” (Q.S. Hud: 50).

Baca juga kisah nabi berikutnya Kisah Nabi Shaleh di Tengah Kaum Pemahat Gunung Batu

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

No More Posts Available.

No more pages to load.