Kisah Nabi Nuh Si Pembuat Bahtera

oleh
Ilustrasi: Bahtera Nabi Nuh (Fokus.co.id)

Pumpunan – Nabi Nuh As bin Lamik bin Metusyalih bin Idris diangkat Allah menjadi Rasul melalui malaikat Jibril pada usia 480 tahun. Jarak antara masa Nabi Adam dengan Nabi Nuh mencapai 10 abad. Nuh diperintah Allah untuk mengajak kaum yang sangat tercela dan menyimpang agar kembali ke jalan-Nya.

Kaum itu awalnya selalu menaati para nabi sebelumnya yaitu Adam dan Idris. Tapi mereka berbuat ingkar dengan menganggap bahwa patung sebagai tuhan dan menyembahnya. Awalnya dibuatnya patung-patung tersebut sebagai representasi orang-orang saleh yang bernama Wadd dan Shuwa. Mereka merupakan pewaris ajaran Nabi Idris dalam menyebarkan agama Allah. Namun kaum itu justru menganggap patung tersebut berisi roh tuhan.

Kemudian Allah SWT mengangkat Nuh sebagai nabi yang ditugaskan untuk membimbing kaumnya agar kembali ke jalan-Nya. Nuh diperintah Allah Membebaskan kaum tersebut dari segala bentuk kesyirikan.

Baca juga kisah Nabi Idris sebelum Nabi Nuh Kisah Nabi Idris, Singa dari Segala Singa

Nabi Nuh Berdakwah dan Memiliki Pengikut

Dakwah Nabi Nuh tidak saja kepada umat namun juga kepada keluarganya karena juga melakukan perbuatan zalim dan sesat. Namun meskipun sudah lima abad Nuh berdakwah pengikutnya hanya 70 sampai 80 orang saja. Sayangnya pengikut tersebut berasal dari keluarga miskin sehingga Nuh dan pengikutnya mendapat cemooh dari orang kaya. Orang kaya tersebut beranggap mereka terhormat sehingga membuat mereka semakin sombong dan angkuh. Penolakan dakwah nabi tersebut tidak saja dari kaumnya namun juga dari istri dan anak pertamanya. Mereka juga tidak percaya bahwa Nuh adalah utusan Allah.

Akhirnya Nuh meminta Allah memberikan petunjuk untuk menyadarkan kaumnya. Dia tidak mengetahui cara lainnya untuk mengajak mereka yang sesat kembali ke jalan yang lurus.

Baca Juga: Cerita Lengkap 25 Nabi dan Rasul Allah

Nabi Nuh Membangun Bahtera Selama 40 Tahun

Setelah meminta petunjuk tersebut, Allah memerintahkan Nuh membangun bahtera untuk menampung kaumnya dan makhluk ciptaan tuhan lainnya. Bahtera tersebut terbuat dari kayu jati yang lama proses pembuatan kapal raksasa itu mencapai 40 tahun.

Selama proses pembuatan bahtera selama puluhan tahun tersebut Nuh beserta pengikutnya mendapat ujian berupa cemooh dari kaum yang sesat, termasuk anak dan istrinya. Kaum sesat tersebut menganggap Nuh beserta pengikutnya yang taat melakukan perbuatan sia-sia karena membangun bahtera di atas bukit.

Menurut Ibnu Abbas yang merupakan seorang Thaif yaitu memiliki pengetahuan luas. Ia menyebutkan bahwa bahtera tersebut memiliki panjang 1.200 hasta atau sekitar 550 meter dan lebar 600 hasta atau sekitar 275 meter. Bahtera itu terdiri dari 3 tingkat, tingkat pertama khusus untuk hewan-hewan, tingkat kedua untuk pengikut Nabi Nuh, dan tingkat ketiga untuk bangsa burung.

Allah Menurunkan Hujan Hingga Ciptakan Banjir Besar

Setelah mendapatkan tanda akan turun bencana Nuh memerintahkan kaum dan keluarganya naik ke bahtera. Nabi tersebut pun membawa seluruh jenis hewan secara berpasangan agar nantinya dapat berkembang biak, serta membawa bibit tumbuhan agar nanti dapat ditanam di tempat baru. Nuh dibantu malaikat dalam proses pengumpulan hewan ke dalam bahtera.

Hujan disertai gemuruh pun datang. Bahkan ada yang menyebutkan hujan lebat mengguyur bumi hingga tiga hari tanpa henti hingga terjadi banjir. Tidak ada tempat yang aman dari banjir kecuali bahtera yang dibuat oleh Nuh dan pengikut taatnya.

Nabi yang mencapai usia 950 tahun ini dikaruniai empat orang anak yang masing-masingnya bernama Kan’an, Yafith, Sam, dan Ham.  Kan’an tidak mau masuk ke dalam kapal meskipun sudah dibujuk oleh Nuh. Dia tidak mau beriman kepada Allah dan lebih memilih gunung untuk menghindari banjir yang diturunkan Allah untuk mengazab orang kafir.

Perbincangan mereka dipisahkan oleh ombak besar. Nuh sudah berusaha mencari anak tertuanya tersebut namun gagal. Nuh pun berdoa kepada Allah agar anaknya diselamatkan seperti janji Allah untuk menyelamatkan keluarganya ketika azab yang dijanjikan turun.

 “Ya Tuhanku, sesungguhnya anakku termasuk keluargaku, dan sesungguhnya janji Engkau itulah yang benar. Dan Engkau adalah Hakim yang seadil-adilnya” (QS. Hud :45). Kemudian Allah menjawab: “Hai Nuh, sesungguhnya dia bukanlah termasuk keluargamu (yang dijanjikan akan selamat) sesungguhnya perbuatannya, perbuatan yang tidak baik. sebab itu, janganlah kamu memohon kepada-Ku sesuatu yang kamu tidak mengetahui (hakekat)nya. Sesungguhnya aku memperingatkan kepadamu supaya kamu jangan termasuk orang-orang yang tidak berpengatahuan” (QS. Hud: 46).

Nuh kemudian menyadari kesalahannya dan segera memohon pengampunan kepada Allah SWT serta mengikhlaskan kepergian putra dan istrinya yang zalim.

Memulai Kehidupan Baru Setelah Banjir Surut

Hujan lebat terus turun selama empat puluh hari empat puluh malam. Air menenggelamkan manusia kafir, hewan, pohon bahkan gunung.  Setelah itu hujan reda dan air perlahan mulai surut hingga hari ke 150. Bahtera yang ditumpangi nabi beserta pengikutnya terdampar di Gunung Judi. Banyak perbedaan pendapat tentang lokasi Gunung Judi. Ada yang mengatakan di Armenia, ada juga yang mengatakan di Irak, dan di Turki.

Setelah air surut nabi dan para pengikut yang berjumlah 80 orang turun dari kapal dan mulai membangun kehidupan yang baru. Dikisahkan seluruh pengikut Nuh wafat dan tidak menyisakan keturunan satupun. Hanya putra-putra Nabi Nuh yakni Yafith, Sam, dan Ham yang memiliki keturunan. Sehingga manusia di bumi adalah keturunan ketiga putra Nuh.

Yafith memiliki keturunan bangsa Rum (Romawi) dan kini berkembang pesat menjadi bangsa Eropa. Sam memiliki keturunan bangsa Arab yang kini mendiami wilayah Arab dan Timur Tengah di benua Asia Barat. Sedangkan Ham memiliki keturunan bangsa Habasyah yang merupakan bangsa Afrika yang berada wilayah benua Afrika.

Baca juga kisah nabi selanjutnya, Kisah Nabi Hud di Tengah Kaum Ad

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

No More Posts Available.

No more pages to load.