Pumpunan – Penelitian sastra adalah usaha mencari informasi dan makna dalam sebuah karya sastra dengan cara yang ilmiah. Semi (2012) mengatakan penelitian sastra adalah pencarian pengetahuan secara sistematis, logis, dan objektif dalam pemberian makna dengan hati-hati dan kritis secara terus menerus terhadap masalah sastra sastra kontemporer maupun bentuk-bentuk sastra lain yang belum pernah dibahas dan dibukukan.
Meneliti sebuah karya sastra tidak hanya dengan melihat sekadar teks dalam karya yang diteliti namun juga mencari informasi dalam teks dan dihubungkan dengan informasi di luar teks. Informasi yang berada di luar teks harus berdasarkan penelitian atau literatur sehingga bersifat ilmiah. Penelitian yang baik dapat menemukan solusi dan atau makna dari cerita yang disampaikan oleh pengerang.
Hal tersebut karena di dalam karya sastra terdapat informasi dari pengarang terkait dengan gambaran kehidupan manusia. Gambaran kehidupan manusia yang diceritakan tersebut disampaikan bisa karena ada permasalahan atau perlawanan dan keresahan pengarang terhadap kondisi itu.
Baca Juga: Pengertian Kesusastraan, Sastra dan Studi Sastra
a. Pendekatan Mikro Sastra dan Makro Sastra
Tanaka (1976) membagi dua pendekatan besar dalam penelitian sastra, yakni pendekatan mikro sastra dan makro sastra. Sedangkan Wellek dan Warren (1989) menyebutnya dengan pendekatan intrinsik dan ekstrinsik.
Pendekatan mikro atau intrinsik adalah pendekatan untuk meneliti teks sebuah karya sastra karena menurut mereka karya sastra dapat berdiri sendiri atau otonom, tanpa bantuan aspek lain. Sedangkan pendekatan makro atau ekstrinsik adalah pendekatan di luar dari teks karya sastra yang diteliti karena menurut mereka sebuah karya sastra dibuat berdasarkan unsur di luar karya sastra.
Kedua pendekatan tersebut memiliki peran masing-masing, sama-sama penting atau tidak ada yang lebih penting di antara keduanya. Namun idealnya keduanya digunakan secara bersamaan dalam sebuah penelitian sastra. Meskipun terkadang pengarang tidak menonjol keduanya namun tetap sedikit banyaknya keduanya terbawa oleh pengarang dalam karyanya. Peneliti juga dapat memfokuskan salah satu pendekatan penelitiannya tanpa meninggalkan keduanya.
b. Pendekatan Ekspresif, Objektif, Mimetik, dan Pragmatik
Abrams (dalam Muhardi dan Hasanuddin, 1992:53), mengemukakan empat karakteristik pendekatan analisis sastra, yakni: pendekatan objektif, pendekatan mimesis, pendekatan ekspresif, dan pendekatan pragmatis.
– Pendekatan objektif
Merupakan suatu pendekatan yang hanya menyelidiki karya sastra itu sendiri berdasarkan teks. Pendekatan ini sama dengan pendekatan intrinsik yang hanya menelaah struktur karya sastra tanpa melihat pengarang, kehidupan manusia yang menjadi latar belakang karya ditulis, dan pembaca.
– Pendekatan mimetik
Pendekatan yang menghubungkan karya sastra dengan realita objektif. Hal tersebut karena karya sastra merupakan tiruan kehidupan manusia. Oleh karena itu pendekatan ini menggunakan ilmu lain dalam meneliti karya sastra di antaranya sosiologi, psikologi, historis, antropologis, dan filsafat.
– Pendekatan ekspresif
Sebuah pendekatan yang mencari hubungan antara karya sastra dengan pengarangnya, karena pengarang merupakan faktor penting dalam proses penciptaan karya sastra (prosa). Pada pendekatan ini penelitian sastra tertuju pada emosi atau keadaan jiwa pengarang dan karya sastra merupakan sarana atau alat untuk memahami keadaan jiwa pengarang. Gagasan, cita rasa, emosi, ide, serta angan-angan pengarang tergambar atau bahkan digambarkan dalam karyanya.
– Pendekatan pragmatis
Merupakan pendekatan yang memandang pentingnya pembaca penikmat karya sastra sebagai objek penelitian. Hal tersebut karena setiap karya sastra tersimpan edukasi, hiburan, dan bahkan membuat pembaca berubah mulai dari pemahaman, perilaku hingga ideologi. Berubahnya pemahaman, perilaku dan ideologi tersebut tergantung dari tujuan karya sastra itu dibuat baik untuk politik, sosial, pendidikan, moral, agama, maupun tujuan yang lainnya.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa pendekatan objektif masuk kedalam pendekatan intrinsik atau mikro. Sedangkan pendekatan mimetik, ekspresif, dan pragmatis masuk ke dalam pendekatan ekstrinsik atau makro.
Baca Juga: Pembahasan Lengkap Struktur Novel
c. Pendekatan Struktural
Struktural merupakan pendekatan yang memandang bahwa untuk memahami sebuah karya sastra dapat dilihat dari segi struktur karya sastra itu sendiri. Karya sastra dipandang sebagai sesuatu yang otonom, berdiri sendiri, bebas dari pengarang, realitas maupun pembaca (Teeuw, 1984). Pendekatan ini berupaya melepaskan keterkaitan aspek di luar karya yang menyertai kemunculan karya sastra.
Tujuan pendekatan ini adalah membongkar secara teliti, semendetil, dan sedalam-dalamnya keterkaitan dan keterjalinan semua unsur dan aspek karya sastra. Bisa dikatakan bahwa pendekatan ini sama dengan unsur intrinsik atau makro.
d. Pendekatan Semiotik
Semiotik mempelajari tanda-tanda dan lambang-lambang, sistem lambang, dan proses-proses perlambangan. Dengan kata lain pendekatan semiotik ialah pendekatan yang menganggap karya sastra sebagai sebuah sistem tanda. Pendekatan ini muncul karena manusia memahami sesuatu yang ada di sekitar sebagai sistem tanda.
Misalnya, di depan rumah yang sedang ada keramaian di pasang bendera atau kain berwarna hitam atau kuning yang menandakan ada orang meninggal. Namun untuk memahami sistem tanda tersebut diperlukan pengetahuan tentang latar belakang sosial-budaya yang diceritakan dalam karya sastra tersebut.
e. Pendekatan Reseptif
Resepsi sastra adalah tanggapan dari pembaca terhadap sebuah karya sastra. Tanggapan tersebut dapat berupa tanggapan aktif dan pasif. Tanggapan aktif berupa komentar, kritik, ulasan, atau resensi terhadap karya sastra tersebut. Sedangkan tanggapan pasif dapat diketahui dari bagaimana pembaca memahami suatu karya sastra dan menemukan hakikat estetika di dalamnya sehingga bersifat personal.
f. Pendekatan Biografis
Sebuah karya sastra yang lahir dianggap identik dengan riwayat hidup pengarang dan pernyataan-pernyataannya dianggap sebagai sebuah kebenaran. Namun untuk menerapkan penelitian ini diperlukan seperangkat biografi pengarang, surat-surat pribadi, dokumen-dokumen penting terkait pengarang (foto, catatan media massa, ulasan, dan aktivitas pengarang), dan juga wawancara dengan pengarang.
Aktivitas kreatif (proses kreatif) seorang pengarang dibedakan menjadi tiga macam.
- pengarang yang mengarang berdasarkan pengalaman langsung; (b)
- pengarang yang mengarang berdasarkan keterampilan dalam penyusunan kembali unsur-unsur penceritaan; dan
- pengarang yang mengarang berdasarkan kekuatan imajinasinya.
Baca Juga: Pembahasan Lengkap Penokohan pada Unsur Intrinsik Novel
g. Pendekatan Mitopoik
Mitopoik atau mythopoic berasal dari kata myth yang berarti mitos. Mitos merupakan cerita anonim yang berasal dari sebuah kebudayaan primitif. Dasar pendekatan mitopoik adalah seniman memanfaatkan ketidaksadaran masa lampau dalam mencipta karya sastranya. Pengarang mengarang berdasarkan mitos tertentu, mitos sebagai struktur (Ratna, 2004).
Ada dua ketidaksadaran masa lampau, yaitu
- – ketidaksadaran personal yang diterima dalam kehidupan sekarang (ontogenesis)
- – ketidaksadaran impersonal yang diterima melalui nenek moyang (filogenesis).
Pendekatan mitopoik dianggap paling pluralis karena memasukkan hampir semua unsur kebudayaan, seperti sejarah, sosiologi, antropologi, psikologi, agama, filsafat, dan kesenian.
Kesimpulan
Bisa disimpulkan bahwa pendekatan dalam penelitian sastra berupa intrinsik atau mikro dan ekstrinsik atau makro. Pendekatan intrinsik dapat berupa pendekatan objektif, struktural, semiotik (tapi juga menggunakan pendekatan mimetik). Sedangkan pendekatan ekstrinsik berupa pendekatan mimesis, ekspresif, pragmatis, reseptif, biografis, dan mitopik.
Baca Juga: Daftar Artikel Sastra
Referensi
- Muhardi dan Hassanuddin WS. 1992. Prosedur Analisis Fiksi. Padang: IKIP Padang Press.
- Parmin – Unesa